Posts

Terapi Gen untuk Hemofilia

  Terapi gen menawarkan potensi penyembuhan bagi pasien hemofilia. Terapi gen bekerja dengan membentuk ekspresi endogen berkelanjutan dari faktor VIII atau faktor IX setelah dilakukan transfer gen fungsional untuk menggantikan gen cacat milik pasien. Hemofilia adalah suatu  X-linked bleeding disorder  yang mengakibatkan defisiensi faktor koagulasi. Pasien hemofilia derajat berat sangat berisiko menderita perdarahan spontan di sendi, otot, ataupun organ sejak usia muda, yang dapat menyebabkan kerusakan permanen atau perdarahan yang mengancam nyawa. Saat ini, pengobatan  hemofilia  bergantung pada terapi penggantian faktor koagulasi melalui  factor concentrate . Masalahnya, waktu paruh singkat dari terapi ini menyebabkan kebutuhan pemberian intravena yang sering. Meski sudah ada produk faktor konsentrat baru dengan waktu paruh lebih lama yang dapat mengurangi interval injeksi, paparan berulang dari terapi ini dapat memicu antibodi netralisasi atau inhibitor t...

Okronosis Eksogen akibat Merkuri

  Okronosis eksogen merupakan kelainan kulit yang sering disebabkan oleh penggunaan krim mengandung merkuri. Di Indonesia sendiri, banyak krim dengan kandungan merkuri beredar secara ilegal di pasaran. Krim ini bisa dengan mudah didapatkan masyarakat karena dijual secara bebas tanpa mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pada banyak kasus, krim merkuri dipasarkan sebagai krim pemutih. Krim pemutih sendiri sangat tinggi penggunaannya di Asia dan Afrika karena standar kecantikan masyarakat yang menyukai kulit berwarna lebih terang. Standar kecantikan ini juga yang menyebabkan merkuri sering disalahgunakan padahal telah diketahui memiliki banyak efek buruk. Merkuri merupakan polutan global yang dapat menghambat produksi melanin pada kulit, sehingga kerap digunakan sebagai krim pencerah kulit. Meski demikian, merkuri yang diserap melalui kulit dapat menyebabkan keracunan merkuri. Paparan merkuri berhubungan dengan toksisitas ginjal, kelainan neurologis, ruam kulit, ...

Skrining Age Related Hearing Loss

  Presbikusis atau  age-related hearing loss,  berdampak signifikan terhadap kualitas hidup lansia, sehingga skrining dini menjadi langkah penting. Menurut  National Institute on Deafness and Other Communication Disorders  (NIDCD), sekitar 1 dari 3 orang dewasa berusia 65 hingga 74 tahun mengalami gangguan pendengaran, dan hampir 50% penderita gangguan pendengaran berusia 75 tahun ke atas. Dampak dari gangguan pendengaran yang tidak ditangani bukan hanya terbatas pada hambatan komunikasi. Risiko demensia, depresi, penyakit kardiovaskular, dan risiko jatuh didapati berhubungan dengan gangguan pendengaran. Selain itu, terdapat hubungan antara gangguan pendengaran dengan penghasilan lebih rendah, pengangguran, serta meningkatnya isolasi sosial dan emosional dibandingkan dengan individu sehat. Meskipun  presbikusis  memiliki prevalensi tinggi dan berdampak pada kualitas hidup, belum banyak pedoman klinis berbasis bukti dan multidisiplin yang tersedia untuk...

Pemberian SSRI pada Premenstrual Syndrome

  Selective serotonin reuptake inhibitors  (SSRI) telah disetujui penggunaannya untuk penatalaksanaan  premenstrual syndrome  (PMS) dan  premenstrual dysphoric disorder  (PMDD). Golongan SSRI dapat diberikan pada fase luteal maupun secara kontinu. Meski demikian, masih banyak kontroversi terkait penggunaan SSRI pada kasus PMS dan PMDD, terutama karena golongan ini membawa risiko efek samping serius seperti sindrom serotonin. Perbedaan Premenstrual Syndrome dan Premenstrual Dysphoric Disorder Premenstrual syndrome  (PMS) mencakup manifestasi somatik dan psikologis yang signifikan secara klinis selama fase luteal siklus menstruasi. Manifestasi ini akan hilang dalam beberapa hari setelah menstruasi. Sekitar 20% perempuan mengalami gejala yang berat hingga mengganggu aktivitas, dan sisanya mengalami gejala ringan-sedang. Gejala PMS dapat berupa perubahan nafsu makan, nyeri perut dan pinggang, sakit kepala, pembengkakan dan nyeri payudara, gelisah, mudah te...

Diet Tinggi Gula pada Keganasan

  Konsumsi gula berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko dan progresivitas kanker. Meski demikian, hubungan kausatif antara keduanya masih menjadi kontroversi karena basis bukti ilmiah yang belum adekuat. Studi praklinis pada model tikus menunjukkan bahwa diet tinggi sukrosa atau fruktosa dapat meningkatkan beban tumor, mempercepat timbulnya kanker, dan meningkatkan prevalensi kanker. Namun, belum ada uji klinis pada manusia yang secara langsung mengeksplorasi hubungan kausatif antara sukrosa, fruktosa, dan patofisiologi kanker. Metabolisme Gula dan Efeknya terhadap Kesehatan Monosakarida atau gula sederhana akan segera diserap di usus halus tanpa harus melewati proses pemecahan sebelumnya. Selanjutnya, lewat aktivitas kotranspor dengan bantuan ion natrium, glukosa akan diserap pada vili saluran cerna untuk memasuki aliran darah kapiler dan diteruskan menuju hepar. Sementara itu, gula yang lebih kompleks seperti polisakarida, oligosakarida, dan disakarida perlu melewati...

Statin Preoperatif Pembedahan Jantung

  Statin kerap diberikan preoperatif pada pasien yang akan menjalani operasi jantung karena diharapkan akan meningkatkan luaran klinis. Statin memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan yang telah lama dihubungkan dengan perbaikan luaran kardiak. Beberapa bukti terdahulu juga menunjukkan bahwa pemberian statin preoperatif dapat menurunkan tingkat komplikasi setelah operasi jantung, tetapi kekuatan buktinya masih lemah. Peran Pemberian Statin Preoperatif Kejadian kardiovaskular mayor merupakan salah satu komplikasi yang paling diwaspadai pasca prosedur pembedahan jantung. Terapi perioperatif yang optimal penting untuk mencegah munculnya komplikasi tersebut. Secara garis besar, pemberian statin preoperatif pada pasien yang akan menjalani pembedahan jantung bertujuan untuk mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular selama dan setelah operasi. Statin memiliki efek pleiotropik, seperti menurunkan peradangan, meningkatkan stabilitas plak aterosklerotik, dan memperbaiki fungsi endotel. ...

PDE-5 Inhibitor untuk Disfungsi Ereksi

  Obat disfungsi ereksi yang paling sering diresepkan adalah golongan PDE-5 inhibitor, seperti sildenafil dan tadalafil. Namun, untuk meresepkan obat ini dengan aman, dokter perlu mengevaluasi adanya kontraindikasi dan potensi interaksi obat. Secara global, disfungsi ereksi dilaporkan dialami 10% hingga 48% pria dewasa, yang mana angka kejadiannya meningkat seiring dengan pertambahan usia. Disfungsi ereksi akan berdampak pada menurunnya keintiman seksual, kualitas hidup, dan produktivitas, serta telah dikaitkan dengan beberapa masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, amarah, frustasi, penurunan kepercayaan diri, dan rasa bersalah. Peran PDE-5 Inhibitor dalam Penanganan Disfungsi Ereksi Terapi lini pertama pada  disfungsi ereksi  adalah obat golongan  phosphodiesterase 5 inhibitor  (PDE-5i) yang kemanjurannya telah banyak dilaporkan dalam penelitian. Bukti ilmiah yang tersedia juga menyatakan bahwa PDE-5i efektif dan aman untuk subgrup pasien dengan disfung...