Posts

Tangan Dingin Djoko Susanto

    Di sebuah gang sempit di kawasan Petojo, Jakarta tahun 1966, seorang remaja berdiri di balik etalase warung kecil. Tangannya kotor oleh minyak, keringatnya bercampur debu jalanan. Setiap kali ada pelanggan datang membeli sabun atau rokok, ia menyapa dengan senyum sopan, senyum yang tak tahu kalau suatu hari nanti akan menjadi simbol keramahan jutaan kasir Alfamart di seluruh Indonesia. Remaja itu bernama Djoko Susanto, atau Kwok Kwie Fo bagi keluarga Tionghoanya. Ia baru saja meninggalkan bangku SMA. Bukan karena malas belajar, tapi karena ia tahu, hidup tak menunggu orang yang berlama-lama berpikir. Hidup hanya menunggu siapa yang berani bertindak. Hari-harinya diisi dengan menjaga warung ibunya, “Toko Sumber Bahagia”. Warung itu sederhana — menjual kacang tanah, minyak sayur, sabun mandi, dan tentu saja, rokok. Setiap malam, Djoko menutup toko sambil menghitung uang kertas yang sudah lecek. Tak banyak, tapi cukup untuk bertahan. Namun, di balik kesederhanaan itu, ada ses...

Hipersensitivitas Media Radiokontras

  Pedoman pencegahan dan tata laksana reaksi hipersensitivitas akibat penggunaan media radiokontras dipublikasikan oleh  American College of Radiology  (ACR) pada tahun 2025. Pedoman ini memberikan panduan pengelolaan reaksi hipersensitivitas yang dapat timbul pada penggunaan media radiokontras intravena, terutama yang berbahan iodine. Selain itu, pedoman ini juga meninjau tentang persiapan, perencanaan, dan pertimbangan pemberian premedikasi bagi pasien yang memiliki riwayat reaksi hipersensitivitas. Untuk pasien dengan riwayat reaksi cepat derajat berat, rekomendasi utama adalah menggunakan pencitraan atau modalitas alternatif yang tidak memerlukan kontras. Penentuan Tingkat Bukti Tingkat bukti pada pedoman klinis ini ditentukan dengan menggunakan pedoman dari  American College of Radiology  (ACR)  Appropriateness Criteria Evidence Document  yang menyediakan pendekatan terstruktur untuk menilai studi ilmiah berdasarkan tingkat bukti dengan beberapa k...

Keganasan akibat CT Scan pada Anak

  Terdapat kekhawatiran bahwa paparan radiasi dari CT scan dapat meningkatkan risiko keganasan hematologi pada anak. CT scan merupakan modalitas pencitraan yang banyak digunakan di praktik. Meski begitu, paparan radiasi merupakan salah satu risiko utama dari penggunaan CT scan, yang mana radiasi telah dikaitkan dengan kerusakan DNA yang dapat menimbulkan kanker, termasuk kanker hematologi seperti leukemia. Paparan Radiasi dari CT Scan dan Kaitannya dengan Timbulnya Kanker Serapan radiasi di atas ambang tertentu dapat menyebabkan efek buruk bagi tubuh, yang tingkat keparahannya sebanding dengan besaran paparan kumulatif. Dosis radiasi umumnya diukur dengan satuan Gray (Gy) atau Sievert (Sv). Secara teoritis, pada pasien segala usia, dosis di bawah 20 mSv memiliki risiko kanker yang sangat rendah, sedangkan dosis 20–100 mSv memiliki risiko sedang. Perlu diketahui bahwa dosis di atas 100 mSv telah secara konsisten dikaitkan berhubungan kuat dengan munculnya  radiation-induced can...

Penghentian Terapi Anti Hipertensi

  Penghentian terapi antihipertensi pada pasien yang tekanan darahnya sudah kembali normal masih menuai perdebatan. Sebagian klinisi meyakini bahwa penghentian antihipertensi bisa dilakukan, sedangkan sebagian lagi meyakini bahwa penghentian terapi akan meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular dan stroke. Hipertensi merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi dari berbagai penyakit, termasuk penyakit tromboemboli dan serebrovaskular. Secara keseluruhan, penggunaan obat antihipertensi dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pada pasien hipertensi. Kontrol adekuat dari hipertensi dapat mengurangi risiko komplikasi seperti  stroke ,  infark miokard , dan  gagal jantung . Selama ini dipercayai bahwa pasien akan memerlukan obat antihipertensi seumur hidup untuk kontrol tekanan darah. Namun, penggunaan antihipertensi berkaitan dengan risiko tersendiri, seperti kejadian hipotensi, sinkop, gangguan ginjal akut, dan  hiperkalemia . Mempertimbangkan Penghentian ...

Terapi Gen untuk Hemofilia

  Terapi gen menawarkan potensi penyembuhan bagi pasien hemofilia. Terapi gen bekerja dengan membentuk ekspresi endogen berkelanjutan dari faktor VIII atau faktor IX setelah dilakukan transfer gen fungsional untuk menggantikan gen cacat milik pasien. Hemofilia adalah suatu  X-linked bleeding disorder  yang mengakibatkan defisiensi faktor koagulasi. Pasien hemofilia derajat berat sangat berisiko menderita perdarahan spontan di sendi, otot, ataupun organ sejak usia muda, yang dapat menyebabkan kerusakan permanen atau perdarahan yang mengancam nyawa. Saat ini, pengobatan  hemofilia  bergantung pada terapi penggantian faktor koagulasi melalui  factor concentrate . Masalahnya, waktu paruh singkat dari terapi ini menyebabkan kebutuhan pemberian intravena yang sering. Meski sudah ada produk faktor konsentrat baru dengan waktu paruh lebih lama yang dapat mengurangi interval injeksi, paparan berulang dari terapi ini dapat memicu antibodi netralisasi atau inhibitor t...

Okronosis Eksogen akibat Merkuri

  Okronosis eksogen merupakan kelainan kulit yang sering disebabkan oleh penggunaan krim mengandung merkuri. Di Indonesia sendiri, banyak krim dengan kandungan merkuri beredar secara ilegal di pasaran. Krim ini bisa dengan mudah didapatkan masyarakat karena dijual secara bebas tanpa mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pada banyak kasus, krim merkuri dipasarkan sebagai krim pemutih. Krim pemutih sendiri sangat tinggi penggunaannya di Asia dan Afrika karena standar kecantikan masyarakat yang menyukai kulit berwarna lebih terang. Standar kecantikan ini juga yang menyebabkan merkuri sering disalahgunakan padahal telah diketahui memiliki banyak efek buruk. Merkuri merupakan polutan global yang dapat menghambat produksi melanin pada kulit, sehingga kerap digunakan sebagai krim pencerah kulit. Meski demikian, merkuri yang diserap melalui kulit dapat menyebabkan keracunan merkuri. Paparan merkuri berhubungan dengan toksisitas ginjal, kelainan neurologis, ruam kulit, ...

Skrining Age Related Hearing Loss

  Presbikusis atau  age-related hearing loss,  berdampak signifikan terhadap kualitas hidup lansia, sehingga skrining dini menjadi langkah penting. Menurut  National Institute on Deafness and Other Communication Disorders  (NIDCD), sekitar 1 dari 3 orang dewasa berusia 65 hingga 74 tahun mengalami gangguan pendengaran, dan hampir 50% penderita gangguan pendengaran berusia 75 tahun ke atas. Dampak dari gangguan pendengaran yang tidak ditangani bukan hanya terbatas pada hambatan komunikasi. Risiko demensia, depresi, penyakit kardiovaskular, dan risiko jatuh didapati berhubungan dengan gangguan pendengaran. Selain itu, terdapat hubungan antara gangguan pendengaran dengan penghasilan lebih rendah, pengangguran, serta meningkatnya isolasi sosial dan emosional dibandingkan dengan individu sehat. Meskipun  presbikusis  memiliki prevalensi tinggi dan berdampak pada kualitas hidup, belum banyak pedoman klinis berbasis bukti dan multidisiplin yang tersedia untuk...