Secret Smart Way Covid 19

 




Minggu lalu, tepatnya Hari Rabu, 5 Agustus 2020 Pemerintah telah mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi (PDB - Produk Domestik Bruto) dari tahun ke tahun di kuartal kedua 2020 tercatat -5.32%, berarti bukannya terjadi pertumbuhan namun terjadi penurunan (kontraksi). Masyarakat umumnya merasa bahwa akibat pandemi covid-19 ini, kita sudah memasuki krisis ekonomi, dengan melihat banyaknya perusahaan melakukan PHK dan perputaran usaha di kalangan UMKM yang juga terhenti.

Walau secara teori ekonomi negara kita masih belum dikategorikan masuk ke kondisi krisis, beberapa pihak sudah menyatakan, dengan terjadinya kontraksi pertama di tahuh ini, Indonesia memasuki kondisi resesi secara teknikal. Suatu Negara dikatakan mengalami resesi ekonomi ketika PDB atau pertumbuhan ekonomi negara tersebut negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Kondisi resesi bisa menjadi lebih buruk, masuk ke kondisi krisis ekonomi bahkan bila tidak ada perbaikan bisa menjadi lebih buruk menjadi depresi ekonomi. 
 
 
Menyadari hal di atas, lantas apa yang harus dilakukan ?
 
 
 JANGAN ANGGAP ENTENG PANDEMI
 
Pertama, sadari kondisi pandemi ini jangan dianggap enteng, karena bisa berlanjut lama dan ada beberapa risiko finansial yang perlu diantisipasi. Risiko utama adalah kemungkinan berkurangnya pendapatan atau bahkan berhenti/hilangnya penghasilan karena terjadinya PHK, berhentinya usaha yang dimiliki atau sakit/meninggalnya pencari nafkah utama. Risiko ini bahkan sudah terjadi bagi sebagian masyarakat.

Risiko berikutnya, pola pengeluaran untuk kebutuhan hidup belum tentu otomatis berkurang, bahkan bisa bertambah jika tidak secara sadar untuk dilakukan banyak penghematan. Berkurangnya/hilangnya pendapatan ini akan mengubah pola hidup yang berkaitan dengan keuangan, agar keluarga tetap bisa bertahan (survive) hingga pandemi ini berakhir dan perekonomian negara maupun keluarga pulih kembali.
 
 
MENERAPKAN 7 LANGKAH ANTISIPASI 
 
Kedua lakukan Rencana Aksi secara sungguh dalam hal-hal berikut, khususnya bagi mereka yang sudah terdampak dari sisi berkurangnya atau hilangnya pendapatan :
 
  1. Ubah pola hidup menjadi mode darurat atau mode minimalis dengan membuat anggaran pengeluaran rutin bulanan dan hanya fokus kepada kebutuhan hidup primer dan prioritas. Tunda atau batalkan rencana pengeluaran untuk kebutuhan sekunder/tersier/hiburan/kesenangan dll.
  2. Tetap upayakan menabung rutin dari pendapatan yang ada untuk dialokasikan sebagai tabungan darurat (jika belum memiliki tabungan darurat) atau untuk membesar jumlah tabungan darurat. Anda dapat memanfaatkan fitur untuk mempersiapkan tabungan darurat dalam bentuk reksadana pasar uang, yang dapat memberikan tingkat imbal hasil lebih optimal dibandingkan tabungan biasa.
  3. Buat catatan aset dan catatan utang, untuk mengetahui aset/kekayaan apa yang dimiliki saat ini serta besarnya sisa saldo utang yang masih menjadi kewajiban. Aset /kekayaan berupa aset finansial atau aset lain yang mudah dicairkan (misalnya emas, kendaraan) bisa dilepas dan dialokasikan untuk tabungan darurat (idealnya 12 – 24 kali pengeluaran bulanan dalam kondisi pandemi). Untuk memudahkan proses ini silahkan gunakan fitur Financial Check-Up (FCU) pada aplikasi Halofina.
  4. Aset/kekayaan lainnya jika masih ada, perlu dialokasikan untuk kebutuhan hidup masa depan sesuai prioritas dan jangka waktu kebutuhan tersebut akan direalisasikan (misalnya untuk kebutuhan biaya pendidikan anak).
  5. Bagi yang mengalami penurunan pendapatan secara signifikan atau kehilangan pendapatan, tidak terelakkan harus mencari sumber penghasilan baru. Pekerjaan baru (mungkin akan sulit dalam kondisi pandemi seperti ini) atau mulai usaha apa saja untuk mendapatkan pendapatan baru sebagai pengganti penghasilan yang hilang. Hal ini mamang tidak mudah, namun percalah kepada Tuhan, bahwa mereka yang mau berikhtiar secara sungguh-sungguh akan dimudahkan menemukan jalan dan solusi.
  6. Periksa semua utang yang masih harus dilunasi, bicarakan dengan pihak peminjam apakah memungkinakan diajukan penundaan pembayaran pokok dan/atau bunga tanpa dikenai biaya/penalti, untuk mengurangi beban pengeluaran cicilan utang (pokok dan/atau bunga) dengan alasan berkurangnya/hilangnya penghasilan karena adanya pandemi. Sekiranya dibutuhkan, Anda bisa mendapatkan solusi komprehensif terkait masalah utang yang dihadapi secara langsung dari konsultan keuangan kami menggunakan fitur Finaconsult.
  7. Bagi yang tidak terdampak dari sisi penghasilan dan sudah memiliki cukup dana darurat, manfaatkan penghematan pengeluaran dengan pola hidup minimalis untuk berinvestasi guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga di masa depan.

Semoga ketujuh hal di atas bisa menjadi jalan ikhtiar untuk mengantisapasi risiko finansial kaerna terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan dari situasi pandemi yang belum menentu kapan akan berakhir.

Comments

Popular posts from this blog

HokBen di Kota Batam

Kampung Nelayan Buffet Ramadhan

Mahkamah Agung Republik Indonesia