Pasien Positif Omicron

 






*Kapan boleh divaksin ?* 



1. positif Covid-19 sebelum vaksin booster, pasien dengan kondisi asimtomatik, ringan, dan sedang, bisa divaksin minimal satu bulan setelah terkonfirmasi positif.


2. Pada kondisi Covid-19 dengan gejala berat, vaksin booster dapat diberikan minimal tiga bulan setelah terkonfirmasi positif.


Mengutip pernyataan Satgas Covid-19, vaksin baru diperbolehkan untuk orang sehat, termasuk pada orang yang tidak mengalami demam dan suhu tubuh kurang dari 37,5 derajat Celsius. Jika sedang demam dan suhu tubuh lebih dari 37,5 derajat, maka disarankan untuk menunda pelaksanaan vaksinasi.


Kondisi lain adalah memiliki tekanan darah tinggi, riwayat alergi pada vaksin, dan sejumlah komorbid juga perlu menjadi diperhatikan oleh calon penerima vaksin.


Selain itu, laman Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) juga memberikan rekomendasi orang-orang yang tidak layak divaksinasi, berikut daftarnya:


1. Terdapat reaksi alergi berupa anafilaksis dan reaksi alergi berat karena dosis pertama Covid-19, selain juga yang timbul akibat komponen yang sama terkandung dalam vaksin Covid-19.


2. Individu yang sedang dalam kondisi infeksi akut. Jika sudah teratasi, maka bisa dilakukan vaksinasi. Pada infeksi TB, pengobatan OAT perlu minimal dua minggu untuk layak vaksinasi.


3. Individu dengan penyakit imunodefisiensi primer.


Imunodefisiensi primer adalah sekumpulan dari lebih dari 350 penyakit kronis yang langka dimana satu atau beberapa bagian dari sistem kekebalan tubuh tidak ada atau tidak berfungsi dengan baik. Penyakit ini merupakan yang penyakit genetik, tidak menular dapat ditemukan pada anak-anak maupun dewasa dan gejala yang ditunjukkan bervariasi tergantung komponen sistem kekebalan yang terkena. Sekitar 6 juta orang diperkirakan menderita imunodefisiensi namun hanya 27.000-60.000 orang yang baru teridentifikasi.


Beberapa jenis imunodefisiensi primer


Penyakit imunodefisiensi primer yang sekarang diketahui cukup banyak yaitu sekitar 350 penyakit. Apabila kerusakan terjadi di sel B dan sel T maka penyakit ini akan timbul gejala infeksi saat bayi (<6 bulan) karena tidak ada pertahanan dari dalam tubuh. Penyakit ini disebut severe combined immunodeficiency dan terjadi pada 1 dari 150.000-500.000 orang. 


Bila kerusakan terjadi pada imunitas humoral (diferensiasi sel B dan produksi immunoglobulin) gejala yang ditunjukkan terutama pada saluran nafas seperti infeksi sinus, telinga dan bronkiektasis yang diakibatkan oleh kuman berkapsul. Penyakit ini dapat timbul setelah usia 6 bulan saat kadar antibodi dari ibu sudah menurun. Common variable immunodeficiency, selective IgA immunodeficiency dan X-linked agammaglobulinemia merupakan bagian dari penyakit dengan kerusakan imunitas humoral. 


Chronic granulomatous disease merupakan penyakit yang disebabkan defisiensi nicotinamide adenine dinucleotide phosphate oxidase pada fagosit sehingga terjadi gangguan eliminasi kuman ekstrasel seperti bakteri dan jamur. Kelainan ini terjadi pada 1 dari 200.000 orang. 


Kapan kita harus curiga seorang anak mengalami imunodefisiensi primer?


Seringkali anak-anak terutama prasekolah mengalami infeksi saluran pernapasan, diare dan demam. Namun kita harus mencurigai seorang anak mengalami imunodefisiensi prier jika anak tersebut mengalami: (1) penyakit infeksi yang sangat berat yang membutuhkan perawatan rumah sakit atau antibiotik intravena, (2) infeksi yang persisten, tidak sembuh sempurna atau membutuhkan waktu untuk sembuh lebih lama dari seharusnya, (3) infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak biasa, umumnya oleh kuman oportunistik seperti jamur, (4) infeksi yang timbul berulang-ulang, serta (5) terdapat anggota keluarga lain yang juga memiliki kecenderungan untuk mudah mengalami infeksi. 


The Jeffrey Modell Foundation mengembangkan sejumlah tanda waspada/warning signs untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap imunodefisiensi primer. Seseorang dicurigai mengalami imunodefisiensi primer bila mengalami dua atau lebih gejala berikut :


Empat atau lebih infeksi baru pada telinga dalam satu tahun

Dua atau lebih infeksi sinus yang serius dalam satu tahun

Penggunaan antibiotik selama dua bulan atau lebih tanpa memberikan efek

Dua atau lebih pneumonia dalam satu tahun

Berat badan tidak naik-naik atau gagal tumbuh pada bayi

Abses berulang pada organ atau jaringan kulit

Infeksi jamur yang menetap pada kulit dan mulut

Perlu antibiotik intravena untuk membasmi infeksi

Dua atau lebih infeksi organ dalam atau sepsis

Riwayat keluarga dengan imunodefisiensi

Anak yang diketahui mengalami gejala seperti diatas dianjurkan untuk menemui/ berkonsultasi dengan dokter atau ahli imunologi untuk dilakukan penelusuran lebih lanjut. Diagnosis imunodefisiensi yang terlambat dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi dan keparahan infeksi, terganggunya aktivitas di sekolah, keluarga dan mengalami penyakit berat seumur hidup seperti adanya kerusakan organ permanen.


Pemeriksaan apa saja yang akan dijalani anak yang dicurigai imunodefisiensi?                      


Anak yang dicurigai imunodefisensi primer akan menjalani berbagai pemeriksaan mulai dari penelusuran riwayat penyakit seperti penyakit infeksi, riwayat keluarga (gejala yang sama pada keluarga dan penelusuran silsilah keluarga/pedigree, riwayat perkawinan dengan saudara), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (laboratorium, pemeriksaan radiologi dan lain-lain). 


Permeriksaan laboratorium dapat dimulai dari pemeriksaan darah lengkap dan kimia klinik. Pemeriksaan ini umumnya tersedia di berbagai rumah sakit daerah dan rujukan di Indonesia. Pemeriksaaan untuk menyingkirkan diagnosis lain dengan gejala yang mirip seperti HIV, kelainan autoimun, alergi, fibrosis kistik, kelainan struktur anatomis dan kanker juga perlu dilakukan. 


Pemeriksaan selanjutnya adalah kadar immunoglobulin (IgG, IgM, IgA dan IgE) untuk menyingkirkan defisiensi antibodi yang merupakan kelainan yang paling banyak ditemukan. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan-pemeriksaan tergantung klinis dan temuan laboratorium sebelumnya seperti: respon booster immunoglobulin, subklas IgG, subpopulasi limfosit, proliferasi limfosit, maturasi sel B, fungsi fagosit, pemeriksaan komunikasi antara limfosit T/makrofag, dan komplemen. 


Pengobatan


Pengobatan yang diberikan tergantung dengan jenis kelainan yang ada. Penderita yang sering mengalami infeksi memerlukan antibiotik pencegahan jangka panjang agar tidak mengalami infeksi yang berat. Contohnya pemberian profilaksis kotrimoksazol pada penderita chronic granulomatous disease akan mengurangi infeksi sebesar 50%. Immunoglobulin intravena (IVIG) diberikan pada penderita X-linked agammaglobulinemia sebagai pengganti immunoglobulin yang tidak diproduksi oleh tubuh. Kelainan-kelainan seperti common variable immunodeficiency, X-linked hyper IgM, sindromWiskott-Aldrich dan defisiensi subklas IgG juga umumnya diberikan IVIG. Penyakit-penyakit seperti severe-combined immunodeficiency, sindrom Wiskott-Aldrich dan DiGeorge dapat disembuhkan dengan transplantasi sumsum tulang dari donor dengan HLA identik. 

Comments

Popular posts from this blog

HokBen di Kota Batam

Kampung Nelayan Buffet Ramadhan

Mahkamah Agung Republik Indonesia