Cara Berkomunikasi






 *Cara Berkomunikasi*


1. Cara Berkomunikasi sesuai Rentang Usia

Dalam hal ini saya membaginya ke dalam 4 rentang usia. 

a. Rentang 0-2th

Di rentang ini peran aktif orangtua adalah kunci utama  dalam berkomunikasi. Cara berkomunikasi di rentang usia ini juga memerlukan banyak waktu dan ketelatenan. Usia ini dikenal dengan masa "Golden Age" dimana otak menyerap informasi secepat serapan spons terhadap air. Jadi diperlukan kejelian dan ketrampilan untuk menarik perhatian anak. Salah satunya dengan membaca buku. Membaca buku di usia ini harus benar-benar memperhatikan metode/teknik membaca yang paling disukai anak. Karena akan mempengaruhi ketertarikan terhadap proses yang dilaluinya.

b. Rentang usia 3-5th

Pada rentang usia ini yang terpenting adalah adanya "penekanan" terhadap kosakata dan value tertentu karena tingkat pemahaman anak sedang kritis di masa ini. Dan hal yang tak kalah penting adalah pengontrolan emosi, yang salah satunya bisa dengan mudah mempraktekkannya dengan membaca buku.

c. Rentang usia 6-11th

Di rentang usia ini anak akan lebih tertarik terhadap hal baru yang muncul di lingkungannya. Akan ada banyak pertanyaan-pertanyaan sulit yang membuat orangtua harus dengan logis menjawabnya. Tidak jarang di waktu ini banyak timbul ketimpangan antara value keluarga(intern) dengan value eksternal yang anak peroleh sehingga diperlukan pendampingan ekstra orangtua untuk membimbing anak menghadapi perbedaan tersebut. Cara komunikasi di rentang usia ini disarankan untuk lebih banyak mengarah pada diskusi dan musyawarah.

d. Rentang usia 12-18th 

Pada saat anak usia remaja ini, input eksternal lebih mendominasi cara berpikir anak. Maka dari itu perlu adanya frame yang mendasari prinsip yang terbentuk pada pola pikir mereka agar tidak melenceng dari value yang ditanamkan sejak dini. Bagaimana caranya? Salah satunya yaitu dengan memberikan kebebasan anak untuk memecahkan konflik yang mereka hadapi. Peran orangtua disini adalah sebagai pengingat disaat anak sudah mulai keluar dari value dasar. Hal ini bertujuan agar anak lebih tangguh menghadapi masalah kehidupan sesulit apapun sehingga tercipta pribadi yang mandiri.


 *Komunikasi Efektif*


Pada dasarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi anak, antara lain

1. Faktor Internal (bahasa yang digunakan, kondisi emosional anak, dan kecerdasan anak).

2. Faktor Eksternal (lingkungan yang membentuk)

Dari kedua faktor diatas, maka dirasa perlu adanya komunikasi efektif untuk menunjang perkembangan anak yang optimal di setiap aspeknya.


Ada 2 *Teknik Komunikasi Efektif*, diantaranya :

1. Komunikasi Terbuka

Kata kuncinya adalah *saling*. Saling mengerti, saling terbuka, saling memahami dan saling mendengar. 

2. Dialog Positif

Dialog positif ini dapat tercipta jika orangtua selalu menanamkan makna positif di setiap kata yang diucapkan kepada anak. Penggunaan kata sebaiknya, seharusnya, andai saja, lebih baik, dan mengganti kata bermakna negatif menjadi lebih positif. 


Misal : 

Mama kecewa, ternyata kamu pembohong. Mama tidak akan percaya lagi sama kamu.


Akan lebih komunikatif, jika diganti 


Kenapa ya kamu tidak jujur? Seandainya kamu mengatakan yang sebenarnya Mama mungkin akan bisa lebih mengerti. Lain kali jujur saja ya, tidak perlu takut.



 *Cara Berkomunikasi Efektif Dengan Anak*

Ada 3 cara berkomunikasi efektif dengan anak yang saya rangkum di materi ini, yaitu :

- *Dengan Observasi*

1. Memantau seberapa jauh pemahaman anak dan tingkat emosi yang dialami anak.

2. Fleksibel untuk merubah gaya komunikasi yang dirasa kurang disukai anak. 

3. Harus sabar karena orangtua wajib terlibat aktif terhadap milestone anak dan percaya bahwa anak akan mengerti pada waktunya sehingga orangtua tidak mudah putus asa.

4. Tulus mendampingi anak dengan menerima sepaket kelebihan dan kekurangan anak 100% tanpa judgement.

5. Dengan rendah hati orangtua terus belajar dalam mendampingi anak sehingga proses yang dilalui bersama anak menjadi lebih berharga.


- *Dengan Bermain*

1. Bermain berkualitas, memilih permainan yang sudah disesuaikan dengan usia, jenis, teknik, dan waktu yang tepat.

2. Stimulasi bahasa, salah satu tahap berkomunikasi yang wajib dilalui dengan cara menyenangkan. Anak akan terstimulasi optimal saat permainan yang dipilih melibatkan kompleksitas indera mereka. 


- *Dengan Membaca*

Dengan membaca, kita bisa menggabungkannya dengan cara lain. Contoh : membaca sambil bermain, membaca sambil observasi, dsb. 

Selain itu, manfaat lainnya yaitu bisa dengan mudah menyuntikkan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada anak tanpa terkesan menggurui.

Berikut *Teknik Membacakan Buku Efektif*, antara lain :


*Read Aloud*

Metode ini sangat terkenal dan banyak dipilih untuk dijadikan sebagai teknik membacakan buku kepada anak. Karena terbukti dapat meningkatkan kosakata anak dan menimbulkan ketertarikan anak terhadap buku. Tantangannya adalah pilihan buku yang harus tepat, rutinitas, dan teknik vokal yang menarik. 


*Storytelling*

Teknik ini adalah teknik yang juga tak kalah menarik. Seringkali menjadi pilihan disaat anak sudah mulai bosan dengan situasi, permainan bahkan kurang tertarik dengan isi buku. Tantangannya adalah harus sering latihan, atraktif & kreatif cara membawakannya, teknik (meliputi teknik vokal, mimik, intonasi, ekspresi, diksi, dsb) dan pemilihan tokoh yang tepat.


*Berkisah*

Berkisah merupakan salah satu teknik yang baru-baru ini sedang digiatkan oleh pegiat literasi anak di Indonesia. Berkisah juga terbukti menimbulkan ketertarikan anak terhadap buku bacaan yang berbasis Al-Qur'an dan hadist. Namun umumnya berkisah diterapkan pada anak yang daya fokusnya sudah baik atau bisa dengan baik menyimak cerita yang kronologis. Biasanya di usia 3 tahun keatas. Tapi tidak menutup kemungkinan jika kita menggabungkan beberapa teknik agar bisa disampaikan kepada anak di usia berapa pun. Tantangannya adalah mencari cerita berdasarkan data dan fakta di Al-Qur'an & hadits. Sehingga kisah yang diceritakan tidak ada unsur opini & improvisasi dalam konten ceritanya. Teknik berkisah ini juga sangat baik menstimulasi EQ anak.


Tabel diatas disajikan pula apa yang harus dilakukan saat pra-membaca, saat membaca berlangsung, dan setelah membaca.


Jadi pilih yang mana?

Disesuaikan dengan favorit anak dan kemampuan orangtua ya, agar prosesnya bisa menarik dan sangat menyenangkan.


Semua teknik itu bisa dilatih dan dipraktekkan dengan mudah, silahkan dicoba semua tekniknya dan temukan yang paling seru.


*Cara Memilih Buku*


Saat berbicara soal memilih buku, pertanyaan yang sering muncul adalah 

1. Bagaimana cara memilih cerita?

2. Bagaimana cara memilih buku sesuai usia?


- Cara memilih cerita ada 3 kunci yang perlu diperhatikan, antara lain menggugah emosi, mengedukasi dan menginspirasi. Karena tujuan utama bukan untuk menambah wawasan, melainkan menumbuhkan kecintaan membaca. Jika anak sudah cinta membaca akan lebih mudah bagi anak untuk bisa membaca mandiri yang akhirnya menjadi gemar membaca.


- Pilihlah buku sesuai jenjang usia, karena itu berpengaruh dengan daya konsentrasi anak, aspek motorik, dan aspek kognitif. Lihat tabel diatas, pengelompokan usia saya susun mulai rentang usia 0 hingga 5 tahun. Ada berbagai hal yang perlu disesuaikan (bahan buku, jenis buku, isi, fitur, dsb).


*Evaluasi*


Seperti yang kita bahas soal waktu ideal anak bisa baca hingga bisa menulis. Salah satunya adalah parameter kemampuan membaca. 


Selain itu, parameter ini tujuan utamanya adalah sebagai ukuran dalam memilih buku dan membantu penulis menyusun cerita buku anak. Evaluasi yang dilakukan yaitu apakah di usia tersebut apakah anak sudah memenuhi standar kemampuan membaca buku? Jika masih dirasa kurang perlu menjadwal ulang agar lebih rutin lagi. Jika sudah pas atau bahkan lebih orangtua harus menyesuaikan buku bacaan dengan level kemampuan anak agar terus meningkat. Anak yang sudah bisa membaca kalimat yang kompleks, seharusnya sudah membaca komik, novel, cerpen bukan Picbook lagi.



 *Mau Jadi Apa Anak Kita 20 tahun Mendatang?*


Skill di dunia kerja semakin kompleks, teknologi berkembang pesat, butuh kemampuan adaptasi yang sangat cepat. 

Kita coba tengok beberapa fakta berikut :

1. Sumber daya manusia akan digantikan dengan mesin beberapa tahun ke depan. Kabar baik atau kabar buruk?

Kabar baik bagi orang yang sangat mengharapkan perubahan dan kabar buruk bagi yang sulit beradaptasi dengan perubahan itu. Yuk kita mengubahnya menjadi kabar baik. Gimana caranya? Mulai saat ini, berapapun usia anak kita segeralah persiapkan skill yang menunjang kebutuhan masa depan. Salah satunya dengan menimbun banyak ilmu pengetahuan dengan membaca buku. Dengan membaca, anak akan menggunakan seluruh inderanya untuk mendengar, melihat, dan bertindak (praktek) bagaimana seharusnya menghadapi setiap masalah dengan baik. Kenapa buku? Karena buku adalah salah satu sumber ilmu pengetahuan yang kontennya dibutuhkan untuk mengasah otak. Jika pembelajaran ini di mulai sejak dini, kemandirian untuk menyelesaikan tantangan kehidupan seorang anak ini akan berkembang dengan baik. Memang butuh modal untuk membeli buku, namun saya rasa ini adalah investasi yang tidak bisa dilewatkan. Fakta juga membuktikan bahwa *tidak ada* anak yang gemar membaca, hidupnya berantakan atau tidak mempunyai keahlian. Banyak skill yang bisa didapatkan  hanya dengan membaca buku. 


2. Ada hubungan positif antara EQ tinggi dengan membaca. Kok bisa?

- karena dengan membaca kita punya cerita untuk berbagi, untuk acuan, dan untuk dipelajari. Dengan cerita anak bisa belajar tentang empati, toleransi dan best practice di kegiatan sehari-hari.

- karena membaca dapat menghubungkan anak dengan dunia. Anak bisa belajar banyak budaya, pengetahuan dari tempat berbeda dengan yang ia tinggali. Disini anak bisa belajar menghargai perbedaan, mengagumi keajaiban dunia, dan membangun koneksi dengan lingkungan.

- karena membaca dapat melatih anak menjadi tangguh. Anak bisa belajar dari pengalaman orang lain di buku dalam menyelesaikan konflik (melalui masa-masa sulit). Sehingga itu dapat menjadi wawasan/jembatan/ bentuk latihan dalam memahami dunia tanpa rasa takut atau merasa sendirian. Mereka bisa dengan praktek mencontohnya atau bahkan melakukan improvisasi. Tentunya dengan bimbingan orang tua dengan penuh kasih sayang.

- karena membaca dapat membangun self-awareness.  Kesadaran akan sikap atau perilaku dan perasaannya  yang berdampak pada orang lain ini dapat dibangun dengan membaca buku. Dengan orang tua anak bisa mendiskusikan berbagai konflik dari cerita untuk dipetik hikmahnya.


*Emergent Literacy* 

Biasanya istilah yang dipakai dalam membaca ala Montessori. Emergent Literacy dikenal sebagai proses "Ketrampilan melahirkan ketrampilan". Dimana kemampuan menguasai ketrampilan dasar sejak dini untuk memperoleh keterampilan yang lebih kompleks di masa depan. Jadi Emergent Literacy ini bertujuan mempersiapkan anak agar lebih siap menjalani proses belajar baca tulis.


Dari gambar diatas dapat kita lihat bagaimana cara mempersiapkan anak menjadi *skilled reader*. Yang pertama dimulai dari orangtua yang melek aksara hingga perkembangan literasi pada anak mulai bayi hingga sampai ke jenjang skilled reader.


Aspek kritis yang diharapkan muncul adalah sikap atau perasaan senang dalam berinteraksi dengan buku di usia dini. Pengalaman literasi tersebut akan menjadi pondasi dasar anak tentang kesan membaca di sepanjang hidupnya. Apakah itu mengasyikkan atau justru sebaliknya?

Comments

Popular posts from this blog

HokBen di Kota Batam

Kampung Nelayan Buffet Ramadhan

Mahkamah Agung Republik Indonesia